Tantangan Samin di India

Sekitar tahun 1890, Surontiko Samin dari Desa Randublatung, sebuah desa hutan jati, mulai mempertanyakan kepemilikan negara terhadap hutan. Dia berpendapat bahwa negara tidak menciptakan angin, air, bumi dan kayu, sehingga tidak bisa memilikinya. Segera gerakan luas berkembang. Di antara mereka yang membantu mengaturnya adalah menantu Samin. Pada tahun 1907, 3.000 keluarga mengikuti idenya. Beberapa saminis memprotes dengan berbaring di tanah mereka ketika Belanda datang untuk mensurvei, sementara yang lain menolak membayar pajak atau denda atau melakukan tenaga kerja.

Sumber g

Dirk Van Hogendorp, seorang pejabat Perusahaan India United Timur di Jawa Kolonial mengatakan:

‘Batavians! Terkesima! Dengarkan dengan heran apa yang harus saya komunikasikan. Armada kami hancur, perdagangan kami merana, navigasi kami akan merusak yang kami beli dengan harta karun yang sangat besar, kayu, dan bahan-bahan lainnya untuk membangun kapal dari kekuatan utara, dan di Jawa kami meninggalkan skuadron yang suka berperang dan perdagangan dengan akar mereka di tanah. Ya, hutan Java memiliki kayu yang cukup untuk membangun angkatan laut yang terhormat dalam waktu singkat, selain sebanyak mungkin kapal pedagang yang kita butuhkan terlepas dari semua (pemotongan) hutan Jawa tumbuh secepat mereka dipotong, dan akan terjadi tidak ada habisnya di bawah perawatan dan manajemen yang baik. ‘

Dirk Van Hogendorp, dikutip di Peluso, Hutan Kaya, Orang Miskin, 1992.   Language: Indonesian