Budaya Cetak dan Revolusi Prancis di India

Banyak sejarawan berpendapat bahwa budaya cetak menciptakan kondisi di mana revolusi Perancis terjadi. Bisakah kita membuat koneksi seperti itu?

Tiga jenis argumen biasanya diajukan.

 Pertama: Cetak mempopulerkan ide -ide para pemikir Pencerahan. Secara kolektif, tulisan mereka memberikan komentar kritis tentang tradisi, takhayul, dan despotisme. Mereka berargumen untuk aturan akal daripada kebiasaan, dan menuntut agar segala sesuatu dinilai melalui penerapan akal dan rasionalitas. Mereka menyerang otoritas sakral Gereja dan kekuatan despotik negara, sehingga mengikis legitimasi tatanan sosial berdasarkan tradisi. Tulisan -tulisan Voltaire dan Rousseau dibacakan secara luas; Dan mereka yang membaca buku -buku ini melihat dunia melalui mata baru, mata yang mempertanyakan, kritis dan rasional.

Kedua: Print menciptakan budaya dialog dan debat baru. Semua nilai, norma, dan lembaga dievaluasi kembali dan dibahas oleh publik yang telah menyadari kekuatan akal, dan mengakui perlunya mempertanyakan ide dan kepercayaan yang ada. Dalam budaya publik ini, ide -ide baru revolusi sosial muncul,

 Ketiga: Pada tahun 1780 -an ada curahan sastra yang mengejek royalti dan mengkritik moralitas mereka. Dalam prosesnya, itu menimbulkan pertanyaan tentang tatanan sosial yang ada. Kartun dan karikatur biasanya menyarankan bahwa monarki tetap diserap hanya dalam kesenangan sensual sementara orang awam mengalami kesulitan besar. Literatur ini beredar di bawah tanah dan menyebabkan pertumbuhan sentimen yang bermusuhan terhadap monarki.

Bagaimana kita melihat argumen ini? Tidak ada keraguan bahwa cetakan membantu penyebaran ide. Tetapi kita harus ingat bahwa orang tidak hanya membaca satu jenis literatur. Jika mereka membaca ide -ide Voltaire dan Rousseau, mereka juga terpapar propaganda monarki dan gereja. Mereka tidak dipengaruhi secara langsung oleh semua yang mereka baca atau lihat. Mereka menerima beberapa ide dan menolak yang lain. Mereka menafsirkan hal -hal dengan cara mereka sendiri. Print tidak secara langsung membentuk pikiran mereka, tetapi itu membuka kemungkinan berpikir secara berbeda.

  Language: Indonesian